Datang disambut Kambing, pulang diantar pengemis? Mungkin anda bingung dengan judul itu. Tapi begitulah kira-kira pengalaman 'manis' yang baru-baru ini dirasakan ibu saya saat mengajak murid-muridnya berwisata ke Keraton Kadriah. Keraton 'kebanggaan' warga Pontianak yang terkenal dengan slogannya 'Awak datang ke Pontianak, Kamek sambot di Keraton Kadriah'
Ibu saya datang ke keraton bersama dengan rombongannya saat hari masih pagi. Mau tahu pemandangan apa yang di dapat di ujung gerbang Keraton? Wuih, sungguh eksklusif. Sisa-sisa pasar pagi yang belum dibenahi, jemuran warga, tukang becak yang mangkal sembarangan dan beberapa kambing yang dengan santainya mengisi perut. Padahal itu di depan GERBANG KERATON! Tapi itu toh tidak menghalangi niat siswa-siswa SD ini untuk berwisata ke Keraton yang (yah...) lumayan cantik ini. Lihat-lihat cermin seribu, kamar raja, dan berbagai alat musik peninggalan jaman doloe.
Pas pulangnya, wuih mantap...! Mereka sudah dihadang sepasukan pengemis yang berderet manis di tangga keluar Keraton. Padahal tadi pas rombongan ibu masuk ke keraton, pengemis-pengemis ini belum ada! Ibu saya sudah menduga ini akan terjadi, beliau mengantisipasi dengan membawa banyak uang seribuan. Tahu apa kata pengemisnya waktu akan diberi uang seribuan? ‘Si-Bapak-Pengemis-Yang-Sebenarnya-Masih-Mampu-Bekerja’ berkata dengan enaknya “Mane bise sekarang kasi seribu bu, satu orang dua puloh lah.” Kalau ditranslasikan ke bahasa Indonesia yang baik dan benar, intinya si bapak itu minta dua puluh ribu per satu orang pengemis. Buset! Ini pengemis atau preman?
Mungkin ada orang Pontianak yang marah kalau saya menulis seperti ini. Tapi ini memang kenyataan. Kalau kita hanya membahas yang bagus-bagus tentang Pontianak, sementara keadaan di lapangan jauh berbeda bukannya kasihan dengan turis-turis yang sudah jauh-jauh datang karena ‘iming-iming’ cerita kita? Lagipula, sudah waktunya pemerintah daerah membuka mata, Wisata Pontianak perlu perbaikan, SEGERA!
0 komentar:
Posting Komentar