Rabu, 28 September 2011

Gadget Oh Gadget

Dunia teknologi semakin menggila. Setiap hari selalu ada yang baru. Otak manusia sepertinya telah mencapai kemampuan menciptakan hal-hal yang tak terbayangkan beberapa tahun yang lalu. Gadget berkembang bukan lagi mengikuti deret aritmatika tapi telah meluncur bersama deret geometri.

Kalau dulu, setelah satu gadget diluncurkan paling tidak butuh waktu beberapa bulan kedepan baru akan keluar gadget terbaru lainnya. Tapi sekarang? Hari ini beli gadget baru dengan teknologi termuktahir, beberapa minggu kemudian sudah keluar yang lebih canggih lagi. Belum lekang Blackberry dengan BBMnya, muncul Tablet-tablet nan menawan. Belum punya yang Tablet, Iphone 5 sudah digadang-gadang. Untuk gadget freak, jelas ini suatu penderitaan. Kalau memang budgetnya mencukupi sih tidak masalah. Tapi kalau pas-pasan? Nggak dibeli bakalan di cap nggak hi-tech, tapi kalau dituruti bisa bikin kantong cekak, bangkrut kelas berat.

Bahkan buat orang seperti saya -yang biasa2 saja- gadget juga merupakan suatu dilema tersendiri. Di satu sisi, jujur saja saya ingin. Tapi di sisi lain, logika saya jelas melarang. Saya termasuk orang yang cukup cermat dalam mengatur pos-pos pengeluaran. Mungkin, salah satu sebabnya adalah karena saya sudah mulai bekerja di perantauan sejak umur 16tahun. Dan pekerjaan saya yang pertama adalah berdiri di samping mesin selama kurang lebih antara 9 hingga 12 jam sehari. Kadang-kadang malah sampai 17jam sehari. Bukan perkerjaan yang terlalu menyenangkan. Ditambah lagi fakta bahwa mess perusahaan saya terletak di lantai 3 di sebuah tempat yang konturnya berbukit. Jadi setelah berdiri seharian, saya harus 'mendaki' untuk sampai ke tempat tinggal saya. Tidak bisa langsung beristirahat, karena saya harus mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dan beres-beres sendiri.

Dari sana saya belajar untuk menghargai setiap sen uang yang saya dapat dari keringat saya. Bahkan sekalipun sekarang saya bekerja tanpa harus berkeringat, saya tetap seperti itu. Apalagi, setelah saya analisa ternyata penggunaan gadget yang saya idam-idamkan tidak akan banyak berpengaruh terhadap pemasukan dan performa pekerjaan saya. Memang ada pengaruhnya, tapi tidak signifikan. So, I say no to those gadget.

Bukan apa-apa, saya sadar betul, tidak selamanya kita dapat bekerja. Juga tidak selamanya, segala sesuatu akan berjalan sesuai rencana. Ada banyak hal tak terduga yang mungkin saja terjadi. Alangkah baiknya -selagi bisa- jika pendapatan kita manfaatkan untuk sesuatu yang lebih berguna. Membangun aset atau berinvestasi misalnya? Fyi, sebuah gadget hi-tech itu kurang lebih sama nilainya dengan 10 gram emas batangan bersertifikat PT. Antam. Anda catat perkataan saya, tidak lama lagi gadget itu akan melorot nilainya. Di saat anda mengalami kesulitan finansial, bisa jadi anda akan menyesal telah membelinya. Sedangkan emas itu? Siapa tahu itu merupakan salah satu kunci anda menuju kekayaan. Buktikan sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes