Di setiap tips atau cara menjadi pengusaha pasti akan slalu disebutkan bahwa seorang pengusaha harus bisa fokus. Beberapa mengatakan begini; jangan mengubah usaha hingga usaha itu sendiri yang berubah. Bahkan dicontohkan, bahwa sekalipun Virgin Group saat ini menggurita, pada awalnya sang bos hanya menggeluti satu bidang terlebih dahulu baru kemudian melakukan ekspansi. Tapi saya yakin meskipun seringkali membaca atau bahkan mendengar langsung nasihat tersebut, masih banyak sekali pengusaha pemula dengan sangat 'berani'nya mengabaikannya. Termasuk saya.
Saya mulai jatuh cinta pada dunia usaha saat umur saya delapan belas tahun. Saya ingat betul apa yang saya lakukan saat itu; berjam-jam di perpustakaan daerah demi mencari sebuah ide usaha. Sekian ribu buku, sekian ratus ribu ide cemerlang. Ide usaha yang ingin saya realisasikan dengan mudahnya berubah-ubah. Sebentar saya bilang kios pulsa (waktu itu belum banyak seperti sekarang), sebentar lagi saya bilang peternakan bebek, tidak lama kemudian berubah lagi jadi agribisnis cabe. Akibatnya dapat dengan mudah ditebak, tidak satupun dari rencana tersebut terealisasikan (memang saya akhirnya menanam beberapa pohon cabe, tapi kalau cuma belasan pohon jelas tidak masuk hitungan usaha kan?)
Hingga beberapa tahun kemudian, saya tetap ngeyel bahwa saya bisa melakukan semuanya. Pilih satu jenis usaha itu kuno. Apalagi jika harus menunggu sampai usaha itu berkembang. Pikir saya waktu itu, kenapa harus satu jika bisa banyak? Terus kalau memang tidak berkembang, ya tinggalkan saja. Cari usaha lain, repot amat? Benar-benar pikiran yang sesat! Akibatnya saya teramat sukses dalam hal kecepatan berganti-ganti usaha.
Ini beberapa dari sekian banyak jenis usaha yang pernah saya coba. Peternakan Kelinci; saya menewaskan delapan ekor kelinci (empat karena salah makan, dua karena lupa dikasi makan, satu masuk angin dan yang satu lagi terjun bebas dari lantai dua). Budidaya Ikan Hias; kok perasaan saya ikannya nggak gede-gede? Yang udah gede jangankan mau bertelur, kawin aja ogah. Kerjaannya kejar-kejaran melulu di bak persis kayak Shahrukh Khan dan Kajol. Fotografer; saya menciptakan ukuran pasfoto baru yang tak terstandar, nggak jelas apakah itu 3x4 atau 4x6, sepertinya diantaranya. Beralih lagi ke Budidaya Kucing Ras Anggora; supaya murah beli kucing yang masih kecil, tapi heran juga kok makin gede malah makin mirip kucing kampung? Malah cakepan kucing kampung kayaknya.
Dan masih banyak lagi hal konyol yang saya lakukan karena ketidakfokusan saya. Tapi itu belum berarti saya sudah belajar. Saya tidak juga kapok mengulangi kebodohan yang sama. Waktu itu saya memiliki modal, sekitar 11 juta. Seandainya saja saya fokuskan ke satu jenis usaha, mungkin usaha itu sudah besar sekarang. Kalau saya bilang seandainya jelas itu tidak terjadi kan? Karena yang saya lakukan adalah; saya ingin memulai usaha percetakan foto rumahan, perkebunan cabe, dan budidaya ikan konsumsi. Sekaligus!
Hasilnya? Wah, super sekali. Karena terbagi, uangnya hanya cukup untuk membeli sebuah komputer bekas, yang lebih sering error daripada benernya. Studionya lebih sering tutup daripada buka. Karyawan saya juga lebih sering nganggur daripada kerja. Kloplah pokoknya. Perkebunan Cabe? ternyata lahan kosong di halaman rumah saya tidak dapat ditanami. Terpaksa harus beli tanah karungan. Berapa yang saya beli? Hanya 9 karung, jangankan untuk mencukupi kebutuhan cabe satu pasar, satu gang saja ngimpi! Budidaya ikan adalah yang paling menggenaskan. Saya membeli sekitar 80 ekor bibit Gurami, 75 ekor ikan Mas, 250 ekor Bawal, 30 ekor Nila, dan 30 ekor Patin. Banyakkan? Tapi.. saya tidak punya uang lagi untuk membangun kolamnya! Ikan-ikan tersebut berhimpit-himpitan di bak mandi rumah saya dan kami sekeluarga resmi tidak memiliki kamar mandi. Super kapok!
Jadi intinya apa? intinya.. kalau ada yang menyarankan anda untuk membuka lebih dari satu usaha di awal perjalanan karier anda sebagai seorang pengusaha, lekas tampar dia! *Ya, sekalipun orang itu adalah diri anda sendiri!
0 komentar:
Posting Komentar